Database on voiding dysfunction and urodynamics results are still scarce in Indonesia. Therefore, this study aimed to report the urodynamics profile in Department of Urology Cipto Mangunkusumo National Hospital, Indonesia. Data taken from 559 patients underwent urodynamics from 2015-2018 with average 140 per year. The most common pre-urodynamics clinical diagnosis was lower urinary tract LUTS (47%) followed by urinary retention, overactive bladder (OAB), stress incontinence, and pediatric voiding dysfunction (31%, 9%, 8% and 6% respectively). From 261 LUTS patients, findings revealed 141(54%) small bladder capacity, 88(34%) reduced compliance, 29(11%) detrusor overactivity (DO), 8(3%) DO with incontinence, 12(5%) and stress incontinence during the filling phase. Detrusor underactivity (DU), bladder outlet obstruction (BOO), and mixed of BOO and DU were found in 55%, 33% and 3% of patients respectively. Out of 170 urinary retention patients, we found patients with DO (16%), DO incontinence (7%), stress incontinence (4%), DU (50%), BOO (34%), and acontractile bladder (15%). Small bladder capacity (60%) and DO (40%) were the most common findings in OAB patients. Thus, in voiding phase DU and BOO are commonly diagnosed (44% and 19%) in OAB patient. On the contrary, 21% of patients with complaints of stress urinary incontinence showed stress UI (19%), DO(21%), DOI (7%), BOO(34%), and DU (44%). This study implies the role of urodynamics in diagnosing patients with various complaints of lower urinary tract problems. Furthermore, after urodynamics, problem in filling and voiding phase can be determined so that optimal treatment could be tailored based on patients’ individual needs. Perbandingan Abnormalitas Fase Voiding dan Filling Pasca Urodinamik dengan Diagnosis Klinis di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Basis data tentang disfungsi berkemih dan hasil urodinamik masih langka di Indonesia. Oleh karena itu, penelitiaan ini bertujuan untuk melaporkan profil urodinamik di Departemen Urologi RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Indonesia. Data sampel diambil dari 559 pasien yang menjalani urodinamik pada tahun 2015-2018 dengan rata-rata 140 pasien per tahun. Diagnosis klinis pra-urodinamik yang paling umum adalah lower urinary tract LUTS (47%) diikuti oleh retensi urin, OAB, inkontinensia urine tekanan, dan disfungsi berkemih pada anak-anak (masing-masing 31%, 9%, 8% dan 6%). Dari 261 pasien LUTS, temuan urodinamik menunjukkan 141 (54%) kapasitas kandung kemih kecil, 88 (34%) compliance yang berkurang, 29 (11%) detrusor overactivity (DO), 8 (3%) DO dengan inkontinensia, 12 (5%) dan inkontinensia urine tipe tekanan selama Fase pengisian. Detrusor underacitivty (DU), bladder outlet obstruction (BOO), dan campuran BOO dan DU ditemukan masing-masing pada 55%, 33% dan 3% pasien. Dari 170 pasien retensi urin, kami menemukan pasien dengan DO (16%), inkontinensia DO (7%), inkontinensia urine tipe tekanan (4%), DU (50%), BOO (34%), dan kandung kemih acontractile (15%). Kapasitas kandung kemih kecil (60%) dan DO (40%) adalah temuan paling umum pada pasien OAB. Dalam Fase voiding, DU dan BOO didiagnosis (44% dan 19%) pada pasien OAB. Sebaliknya, 21% pasien dengan keluhan inkontinensia urine tipe tekanan menunjukkan inkontinensia urine tekanan (19%), DO(21%), DOI (7%), BOO(34%), dan DU (44%). Penelitian ini mengimplikasikan peran urodinamik dalam mendiagnosis pasien dengan berbagai keluhan masalah saluran kemih bagian bawah. Setelah pemeriksaan urodinamik, masalah atau gangguan dalam Fase filling dan voiding dapat ditentukan sehingga perawatan yang optimal dapat disesuaikan berdasarkan kebutuhan individu pasien.