Baru saja dipublikasikan
Analisis Stakeholders dalam Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional Betung Kerihun Kabupaten Kapuas Hulu Image
Journal article

Analisis Stakeholders dalam Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional Betung Kerihun Kabupaten Kapuas Hulu

Analisis Performansi Model Roda Ramping Bersirip (Narrow Lug Wheel) pada Tanah Basah di Soil Bin Image
Analisis Performansi Model Roda Ramping Bersirip (Narrow Lug Wheel) pada Tanah Basah di Soil Bin Image

Analisis Performansi Model Roda Ramping Bersirip (Narrow Lug Wheel) pada Tanah Basah di Soil Bin

Pemanfaatan Fusi Data Satelit Lapan\u002Da3/ipb dan Landsat 8 untuk Monitoring Lahan Sawah Image
Pemanfaatan Fusi Data Satelit Lapan\u002Da3/ipb dan Landsat 8 untuk Monitoring Lahan Sawah Image

Pemanfaatan Fusi Data Satelit Lapan-a3/ipb dan Landsat 8 untuk Monitoring Lahan Sawah

Identifikasi Prediktor Pola Hidup Bersih dan Sehat Siswa Sekolah Menengah: Eksplorasi Data Sekunder Lomba Sekolah Sehat Image
Journal article

Identifikasi Prediktor Pola Hidup Bersih dan Sehat Siswa Sekolah Menengah: Eksplorasi Data Sekunder Lomba Sekolah Sehat

Penalaan PID Menggunakan Internal Model Controller dengan Pendekatan Model Tustin Image
Journal article

Penalaan PID Menggunakan Internal Model Controller dengan Pendekatan Model Tustin

Kajian Efek Medan Elektromagnet terhadap Karakteristik Semburan Bahan Bakar Solar, Biodiesel dan Campuran Keduanya Image
Journal article

Kajian Efek Medan Elektromagnet terhadap Karakteristik Semburan Bahan Bakar Solar, Biodiesel dan Campuran Keduanya

Penerapan Metoda Fuzzy dalam Klasifikasi Lahan Kritis Berbasis Hydraulic Response Unit (Hru) Subdas Cisangkuy Image
Journal article

Penerapan Metoda Fuzzy dalam Klasifikasi Lahan Kritis Berbasis Hydraulic Response Unit (Hru) Subdas Cisangkuy

Identifikasi Prediktor Pola Hidup Bersih dan Sehat Siswa Sekolah Menengah: Eksplorasi Data Sekunder Lomba Sekolah Sehat Image
Identifikasi Prediktor Pola Hidup Bersih dan Sehat Siswa Sekolah Menengah: Eksplorasi Data Sekunder Lomba Sekolah Sehat Image
Journal article

Identifikasi Prediktor Pola Hidup Bersih dan Sehat Siswa Sekolah Menengah: Eksplorasi Data Sekunder Lomba Sekolah Sehat

Penalaan PID Menggunakan Internal Model Controller dengan Pendekatan Model Tustin Image
Penalaan PID Menggunakan Internal Model Controller dengan Pendekatan Model Tustin Image
Journal article

Penalaan PID Menggunakan Internal Model Controller dengan Pendekatan Model Tustin

Kajian Efek Medan Elektromagnet terhadap Karakteristik Semburan Bahan Bakar Solar, Biodiesel dan Campuran Keduanya Image
Kajian Efek Medan Elektromagnet terhadap Karakteristik Semburan Bahan Bakar Solar, Biodiesel dan Campuran Keduanya Image
Journal article

Kajian Efek Medan Elektromagnet terhadap Karakteristik Semburan Bahan Bakar Solar, Biodiesel dan Campuran Keduanya

Penerapan Metoda Fuzzy dalam Klasifikasi Lahan Kritis Berbasis Hydraulic Response Unit (Hru) Subdas Cisangkuy Image
Penerapan Metoda Fuzzy dalam Klasifikasi Lahan Kritis Berbasis Hydraulic Response Unit (Hru) Subdas Cisangkuy Image
Journal article

Penerapan Metoda Fuzzy dalam Klasifikasi Lahan Kritis Berbasis Hydraulic Response Unit (Hru) Subdas Cisangkuy

Most Viewed
Keanekaragaman Hayati Flora Di Indonesia Image
Journal article

Keanekaragaman Hayati Flora Di Indonesia

Indonesia merupakan negara kepuluauan seluas sekitar 9 juta km2 yang terletak diantara dua samudra dan dua benua dengan jumlah pulau sekitar 17.500 buah yang panjang garis pantainya sekitar 95.181 km. Kondisi geografis tersebut menyebabkan negara Indonesia menjadi suatu negara megabiodiversitas walaupun luasnya hanya sekitar 1,3% dari luas bumi. Dalam dunia tumbuhan, flora di wilayah Indonesia termasuk bagian dari flora dari Malesiana yang diperkirakan memiliki sekitar 25% dari spesies tumbuhan berbunga yang ada di dunia yang menempati urutan negara terbesar ketujuh dengan jumlah spesies mencapai 20.000 spesies, 40%-nya merupakan tumbuhan endemik atau asli Indonesia. Negara Indonesia termasuk negara dengan tingkat keterancaman dan kepunahan spesies tumbuhan tertinggi di dunia. Saat ini tercatat sekitar 240 spesies tanaman dinyatakan langka, diantaranya banyak yang merupakan spesies tanaman budidaya. Selain itu, sekitar 36 spesies pohon di Indonesia dinyatakan terancam punah, termasuk kayu ulin di Kalimantan Selatan, sawo kecik di Jawa Timur, Bali Barat, dan Sumbawa, kayu hitam di Sulawesi, dan kayu pandak di Jawa serta ada sekitar 58 spesies tumbuhan yang berstatus dilindungi.
Analisis Konflik Perebutan Wilayah di Provinsi Maluku Utara : Studi Kasus Konflik Perebutan Wilayah antara Kabupaten Halmahera Barat dan Kabupaten Halmahera Utara Tentang Enam Desa Image
Journal article

Analisis Konflik Perebutan Wilayah di Provinsi Maluku Utara : Studi Kasus Konflik Perebutan Wilayah antara Kabupaten Halmahera Barat dan Kabupaten Halmahera Utara Tentang Enam Desa

Diskursus tentang perencanaan dan pengembangan wilayah di Indonesia menjadi semakin menarik setalah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Dengan pemberlakuan undang-undang tentang pemerintahan daerah tersebut, maka berbagai daerah menuntut pemekaran wilayah yang berlansung secara massif. Namun, realitas menunjukkan bahwa upaya untuk melakukan pemekaran, sesungguhnya tidak didasari pada ide dan gagasan substansi dari pemekaran wilayah itu sendiri. Kondisi ini terlihat jelas dengan jalur yang ditempuh dalam mendorong gagasan pemekaran wilayah lebih mempertimbangkan aspek politik daripada aspek substansinya. Dalam kajian ilmu perencanaan dan pengembangan wilayah, kebijakan otonomi daerah memiliki semangat untuk membangun keberimbangan pembangunan antar wilayah atau desa-kota. Keberimbangan pembangunan yang dimaksudkan adalah dengan adanya pemekaran wilayah, maka alokasi sumberdaya (alam, manusia, sosial dan buatan) akan terdistribusi secara merata sehingga kesejahteraan masyarakat dapat terwujud. Akan tetapi, fakta menunjukkan bahwa tujuan luhur pemekaran wilayah seringkali mengalami kesalahan pemaknaan, sehingga tujuan mensejahterakan masyarakat mengalami kemandekan, bahkan cenderung gagal total. Hal ini sebagaimana dijelaskan, Juanda (2008) bahwa tujuan pembentukan daerah otonom baru adalah untuk mensejahterakan masyarakat melalui peningkatan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan peningkatan pelayanan publik. Namun pemekaran juga seringkali menimbulkan berbagai permasalahan karena kurang memperhatikan aspek-aspek penting lainnya, seperti aspek sosial, ekonomi, keuangan dan kemampuan bertahan dalam perkembangannnya, sehingga menyebabkan kontra-produktif terhadap otonomi daerah. Pada hakikatnya, pemekaran wilayah harus mengedepankan aspek-aspek normatif yang telah dirumuskan, baik dalam undang-undang itu sendiri maupun peraturan pemerintah tentang syarat-syarat pemekaran wilayah. Namun hal penting yang tidak dapat diabaikan dalam mendorong pemekaran wilayah adalah aspirasi masyarakat menjadi sebuah keharusan untuk turut serta dipertimbangkan sehingga protes dan atau resistensi penolakan warga pasca pemekaran atau penggabungan wilayah yang seringkali menghiasi daerah-daerag pemekaran dapat dihindarkan. Sebab, fakta menunujukkan berbagai protes dan penolakan yang dilakukan oleh warga masyarakat atas ide pemekaran maupun penggabungan wilayah diberbagai daerah akibat dari proses pemekaran wilayah didominasi oleh elite atau kelompok-kelompok tertentu tanpa melibatkan peran serta atau keterlibatan masyarakat secara aktif. Fenomena pemekaran dan penggabungan wilayah yang mengakibatkan penolakan warga masyarakat akibat dari pengabaian aspiarasi masyarakat terjadi di Provinsi Maluku Utara. Kasus ini terjadi pada masyarakat enam desa sengketa yang diperebutkan oleh pemerintah Kabupaten Halmahera Barat dan pemerintah Kabupaten Halmahera Utara pada saat ini. Penolakan warga masyarakat enam desa atas gagasan pemekaran dan penggabungan wilayah lebih disebabkan aspirasi masyarakat enam desa yang sejak awal menolak untuk menjadi bagian dari wilayah Kecamatan Malifut dipaksakan oleh pemerintah untuk tetap menjadi bagian dari Kecamatan Malifut yang dibentuk melalui Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1999. Penolakan ini juga didasari oleh berbagai alasan, diantaranya adalah kedekatan emosional, historis dan identitas wilayah. Dimana wilayah enam desa, sebelum keluar PP Nomor 42 Tahun 1999 merupakan bagian wilayah administratif Kecamatan Jailolo, sehingga dari sisi kedekatan emosional dan historis, masyarakat di wilayah enam desa menganggap bahwa daerah ini (baca: enam desa) dibesarkan oleh jailolo sehingga harus tetap menjadi bagian dari Kecamatan Jailolo yang selanjutnya adalah bagian dari wilayah Kabupaten Halmahera Barat. Sebagaimana dijelaskana sebelumnya, bahwa tujuan pembentukan daerah otonom baru adalah peningkatan pelayanan kepada masyarakat, percepatan pertumbuhan demokrasi, percepatan pelaksanaan pembangunanan perekonomian daerah, percepatan pengelolaan potensi daerah, peningkatan keamanan dan ketertiban serta peningkatan hubungan yang serasi baik antara pemerintah pusat dan daerah, maupun sesame pemerintah daerah. Namun, harus jujur dikatakan bahwa gagasan luhur pemekaran wilayah sebagaimana diatas, terkadang tercoreng oleh adanya arogansi pemerintah daerah. Hal tersebut, dapat terlihat pada berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pemekaran wilayah, se-misal konflik batas wilayah, penguasaan sumberdaya alam antar sesama pemerintah daerah yang banyak belum terselesaikan. Kelambanan ini dikarenakan lemahnya pengambilan keputusan pada level elite lokal (baca: Gubernur) yang merupakan wakil pemerintah pusat di daerah, juga dikarenakan proses penyelesaian berbagai permasalahan ini lebih dominan menggunakan pendekatan politik, sehingga terdapat pihak yang dikorbankan. Pada aras ini rakyatlah yang kemudian menjadi korban dari ketidak-bijaknya para elite-elite kekuasaan di daerah. Menurut PP nomor 129 tahun 2000 tentang persyaratan pembentukan dan kriteria pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah, tujuan pemekaran adalah memaksimalkan pelayanan publik, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mendemokratisasi masyarakat, efisiensi pemerintahan dan dukungan pembangunan potensi ekonomi rakyat. Namun dalam implementasinya, berbagai tujuan mulia tersebut belum tercapai secara maksimal. Hal mana dapat dilihat pada evaluasi penyelenggaraan pemerintahaan di daerah-daerah yang dilakukan oleh Departemen Dalam Negeri akhir tahun 2005, yang menjelaskan bahwa, penyelenggaraan pemerintahan daerah-daerah pemekaran belum menunjukkan kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan sebelum pemekaran (Laporan Depdagri, 2006; Dikutip Malia 2009). Kenyataan tersebut selain disebabkan oleh beberapa kendala tekhnis administrasi dan fasilitas pendukung pelayanan yang belum memadai, juga terbatasnya komitmen pimpinan daerah untuk menciptakan sistem dan pelaksanaan pelayanan publik yang transparan, accountable, dan professional. Sebenarnya banyak aspek yang dapat dijadikan dasar dalam penentuan kebijakan pemekaran wilayah, namun sepertinya motivasi kalkulasi secara politik yang seringkali menjadi alasan dominan. Bahkan tak jarang persetujuan terhadap adanya pemekaran wilayah diberikan untuk meredam konflik. Hal lainnya adalah otonomi seringkali menjadi suatu komoditas yang bisa diperdagangkan untuk memberikan kekuasaan pada daerah tertentu. Meskipun tidak semua kasus, namun pada beberapa kasus pemekaran wilayah, memang benar menjadi tuntutan masyarakat akan perlunya otonomi daerah, tetapi tetap saja, pada faktanya kaum elite di daerah yang diuntungkan. Dan implikasi lanjutannya adalah masyarakat tidak pernah menjadi sejahtera serta perkembangan ekonomi wilayahpun menjadi tersendat-sendat (Sayori, 2009)
Suggested For You
Partisipasi Petani dalam Pembangunan Pedesaan di Kabupaten Konawe Image
Journal article

Partisipasi Petani dalam Pembangunan Pedesaan di Kabupaten Konawe

This study is proposed in answering to the question of “What types of partisipation do farmers give in developing Rurals Areas in Regency of Konawe”. This study was conducted in the rural areas of farmers who have joined in farmer groups, included outlying rural areas and swasembada rural areas in the Regency of Konawe. Technique of choosing samples was carried out by ”cluster purposive sampling”, i.e., firstly, population is grouped based on regions/rural areas, then 5 respondents are chosen purposively from every farmer (member of farmer group) who have been choosen from 10 rural areas. Finally, 50 samples of respondents are chosen (farmers who are members of farmer group). Data collection was undertaken by three methods, they are: (1) indepth observation, (2) indepth interview, and (3) focus group discussion (FGD). Questions on the implementation of rural area development in list of questionnaire forms are formulated into three stages of categories; they are full participation (PP) with score 3, partly/moderate participation (PS) with score 2, and less participation with score 1. The result shows that type of farmers participations mostly are categorized into partly/moderate participation, that is 72 percent, and the rest, respectively, are 10.66 percent for full participation and 17,34 percent for less participation. Types of participations in developing rural areas in Regency of Konawe were carried out through three models of participation approach, i.e., farmer participation in developing means and infrastructure of rural areas, participation in strengthening sosio-economical rural areas, and participation in improving output of rural area farming. In conclusion, opportunity, competence, and willingness of farmers to take part in developing rural areas are very low because of the barrier of social system from elite groups in rural areas, as well as it is mostly influenced by the dependence of government program realization, as well as social mobilization which is most familiar in rural communities. Therefore, farmers are given few opportunities actively and really in developing their rural areas.
Pengaruh Konsentrasi Enzim dan Waktu Hidrolisis Enzimatis terhadap Mutu Frukto\u002Doligosakarida dari Inulin Umbi Dahlia (Dahlia Pinnata) Image
Journal article

Pengaruh Konsentrasi Enzim dan Waktu Hidrolisis Enzimatis terhadap Mutu Frukto-oligosakarida dari Inulin Umbi Dahlia (Dahlia Pinnata)

Pengaruh Penyimpanan Suhu Rendah Benih Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) terhadap Pertumbuhan Benih Image
Journal article

Pengaruh Penyimpanan Suhu Rendah Benih Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) terhadap Pertumbuhan Benih

Faktor\u002Dfaktor yang Mempengaruhi Petani dalam Menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Sistem Pertanian Organik di Kabupaten Bandung Barat Image
Journal article

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani dalam Menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Sistem Pertanian Organik di Kabupaten Bandung Barat

Karakter Morfo\u002DFisiologi Daun, Penciri Adaptasi Kedelai terhadap Intensitas Cahaya Rendah Image
Journal article

Karakter Morfo-Fisiologi Daun, Penciri Adaptasi Kedelai terhadap Intensitas Cahaya Rendah

Pengaruh Konsentrasi Enzim dan Waktu Hidrolisis Enzimatis terhadap Mutu Frukto\u002Doligosakarida dari Inulin Umbi Dahlia (Dahlia Pinnata) Image
Pengaruh Konsentrasi Enzim dan Waktu Hidrolisis Enzimatis terhadap Mutu Frukto\u002Doligosakarida dari Inulin Umbi Dahlia (Dahlia Pinnata) Image
Journal article

Pengaruh Konsentrasi Enzim dan Waktu Hidrolisis Enzimatis terhadap Mutu Frukto-oligosakarida dari Inulin Umbi Dahlia (Dahlia Pinnata)

Pengaruh Penyimpanan Suhu Rendah Benih Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) terhadap Pertumbuhan Benih Image
Pengaruh Penyimpanan Suhu Rendah Benih Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) terhadap Pertumbuhan Benih Image
Journal article

Pengaruh Penyimpanan Suhu Rendah Benih Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.) terhadap Pertumbuhan Benih

Faktor\u002Dfaktor yang Mempengaruhi Petani dalam Menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Sistem Pertanian Organik di Kabupaten Bandung Barat Image
Faktor\u002Dfaktor yang Mempengaruhi Petani dalam Menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Sistem Pertanian Organik di Kabupaten Bandung Barat Image
Journal article

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani dalam Menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Sistem Pertanian Organik di Kabupaten Bandung Barat

Karakter Morfo\u002DFisiologi Daun, Penciri Adaptasi Kedelai terhadap Intensitas Cahaya Rendah Image
Karakter Morfo\u002DFisiologi Daun, Penciri Adaptasi Kedelai terhadap Intensitas Cahaya Rendah Image
Journal article

Karakter Morfo-Fisiologi Daun, Penciri Adaptasi Kedelai terhadap Intensitas Cahaya Rendah

Baca artikel lainnya