Recently Published
Most Viewed
Hubungan Peningkatan Angka Leukosit pada Pasien Stroke Hemoragik Fase Akut dengan Mortalitas di RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang Image
Journal article

Hubungan Peningkatan Angka Leukosit pada Pasien Stroke Hemoragik Fase Akut dengan Mortalitas di RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang

Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab utama cacat menahun dan penyebab kematian nomor dua dunia serta merupakanpenyebab kematian nomor tiga dalam urutan daftar kematian di AmerikaSerikat. Stroke hemoragik terjadi pada 10-20% kasus stroke dan memilikiangka mortalitas yang tinggi mendekati 40% pada 30 hari pascaserangan. Peningkatan angka leukosit yang tinggi pada fase akut strokehemoragik diyakini berkaitan dengan kejadian mortalitas. Tujuan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan peningkatan angkaleukosit terhadap mortalitas pada pasien stroke hemoragik saat dirawat diRSUD dr. Abdul Aziz Singkawang. Metodologi. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain kohort retrospektif. Subjek penelitianberjumlah 44 orang. Subjek penelitian dikelompokkan menjadi angkaleukosit yang tinggi atau leukositosis dengan nilai leukosit >11000/uLdarah dan angka leukosit normal atau normoleukosit dengan rentangleukosit berkisar antara 4000-11000/uL darah. Data angka leukosit danstatus mortalitas diambil dari rekam medis pasien. Hasil. Mortalitas pada pasien dengan leukositosis lebih tinggi secara bermakna dibandingkandengan pasien dengan normoleukosit, dengan Relative Risk mortalitas pada pasien dengan leukositosis sebesar 2,857 (IK 95% 1,528-5,342; p =0,000). Kesimpulan. Terdapat hubungan bermakna antara peningkatanangka leukosit (leukositosis) saat masuk dengan mortalitas saat dirawatpada pasien stroke hemoragik di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. AbdulAziz Singkawang.
Pola Bakteri, Resistensi dan Sensitivitasnya terhadap Antibiotik Berdasarkan Hasil Kultur pada Spesimen Pus di Rumah Sakit Umum Dokter Soedarso Pontianak Tahun 2011\u002D2013 Image
Journal article

Pola Bakteri, Resistensi dan Sensitivitasnya terhadap Antibiotik Berdasarkan Hasil Kultur pada Spesimen Pus di Rumah Sakit Umum Dokter Soedarso Pontianak Tahun 2011-2013

Latar Belakang: Pus merupakan hasil dari proses infeksi bakteri. Penanganannya adalah dengan pemberian antibiotik. Namun pemberianantibiotik sering menimbulkan resistensi. Salah satu upaya untukmengurangi terjadinya resistensi dan untuk mengoptimalkan penggunaanantibiotik, pemberian antibiotik harus berdasarkan informasi mengenaipola bakteri penyebab infeksi dan pola kepekaan bakteri terhadapantibiotik. Tujuan: Untuk mengetahui pola bakteri, resistensi dansensitivitasnya terhadap antibiotik berdasarkan hasil kultur padaspesismen pus di RSU dr.Soedarso Pontianak tahun 2011-2013.Metodologi: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatanretrospektif. Sampel penelitian adalah hasil pemeriksaan kultur dan ujikepekaan spesimen pus pasien RSU dr. Soedarso yang diperiksa di ULK.Data di olah secara deskriptif, dengan menggunakan tabel dan grafik.Hasil: Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 111 sampel. Terdapat 21jenis bakteri. Bakteri Gram-negatif lebih banyak ditemukan dari padabakteri Gram-positif, yaitu 70,73% dan 29,27%. Tiga bakteri terbanyakadalah Citrobacter freundii (18,02%), Pseudomonas aeruginosa (17,12%)dan Staphylococcus epidermidis (15,32%). Secara keseluruhan, resistensitertinggi bakteri adalah terhadap metronidazol (96,43%), sefaleksin(95,83%), sefuroksim (92,16%), oksasilin (91,67%) dan sefadroksil(91,53%) dan sensitivitas tertinggi bakteri terhadap piperasilin/ tozobaktam(89,66%), meropenem (82,89%), imepenem (78,08%), amikasin (76,34%),fosfomisin/trometamol (59,49%) dan levofloksasin (56,06%). Kesimpulan:Tiga bakteri terbanyak adalah Citrobacter freundii, Pseudomonasaeruginosa dan Staphylococcus epidermidis. Bakteri Gram-negatif lebihbanyak dari pada bakteri Gram-positif. Secara keseluruhan resistensitertinggi bakteri adalah terhadap metronidazol, sefaleksin, sefuroksim,oksasilin dan sefadroksil dan sensitivitas tertinggi bakteri terhadappiperasilin/ tozobaktam, meropenem, imepenem, amikasin, fosfomisin/trometamol dan levofloksasin.
Suggested For You
Perbandingan antara Kandungan Protein Air Susu Ibu (Asi) dengan Susu Formula untuk Bayi Usia 0\u002D12 Bulan yang Beredar di Pontianak Image
Journal article

Perbandingan antara Kandungan Protein Air Susu Ibu (Asi) dengan Susu Formula untuk Bayi Usia 0-12 Bulan yang Beredar di Pontianak

Latar Belakang: ASI merupakan nutrisi terbaik untuk bayi. Susu formulamempunyai kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan denganASI. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandinganantara kandungan protein ASI dengan susu formula untuk bayi usia 0-12bulan yang beredar di Pontianak. Metode: Penelitian ini merupakanpenelitian analitik. Sampel penelitian berjumlah 15 sampel ASI dari ibupasca melahirkan di RSB. Jeumpa Pontianak, 15 sampel susu formulastandar (SF), 4 susu formula soya (SoyF), 2 susu formula partialhydrolized (PHF), 3 susu formula extensive hydrolized (EHF), dan 4 susuformula bebas laktosa (FLF) untuk bayi usia 0-12 bulan. Kandunganprotein pada ASI dan susu formula dianalisis menggunakan metodebiuret. Analisa statistik menggunakan uji T tidak berpasangan dan Mannwhitney. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna antara kandungan proteinASI dengan semua jenis susu formula. ASI matur foremilk dan hindmilkdengan SIF awal, SIF lanjutan, PHF, dan FLF (p=0,000), ASI maturforemilk dan hindmilk dengan EHF (p=0,008), ASI matur foremilk dengansusu SoyF awal dan lanjutan (p=0,000), ASI matur hindmilk dengan SoyFawal dan lanjutan (p=0,031) dan (p=0,033). Kesimpulan: Kandunganprotein pada semua susu formula untuk bayi usia 0-12 bulan yang beredardi pontianak lebih tinggi dibandingkan dengan ASI
Read more articles