Recently Published
Most Viewed
Pengaruh Variasi C/n Rasio Terhadap Produksi Kompos Dan Kandungan Kalium (K), Pospat (P) Dari Batang Pisang Dengan Kombinasi Kotoran Sapi Dalam Sistem Vermicomposting Image
Journal article

Pengaruh Variasi C/n Rasio Terhadap Produksi Kompos Dan Kandungan Kalium (K), Pospat (P) Dari Batang Pisang Dengan Kombinasi Kotoran Sapi Dalam Sistem Vermicomposting

Sampah yang dihasilkan dari kegiatan non domestik salah satunya adalah pelepah pisang. Batang pisang merupakan bahan organik yang berpotensi sebagai bahan baku kompos, karena mengandung unsur-unsur penting yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K).Dalam penelitian, dilakukan pendekatan variasi C/N rasio dengan komposisi bahan berupa batang pisang dan kotoran sapi dengan bantuan cacing sebagai faktor percepatan pengomposan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, hasil uji menunjukkan kandungan C dan N organik masuk kategori yang dipersyaratkan. Phospor dan Kalium mengalami penurunan dan tidak memenuhi standar yang ditentukan. Hal ini disebabkan kandungan Phospor menurun akibat kandungan Nitrogen yang relatif kecil. Kandungan C/N Rasio yang optimal terdapat pada reaktor A dan B dengan hasil yang masih masuk kriteria Permentan No70 Tahun 2011. Komposisi optimum dalam pengujian pengomposan adalah kompos dengan variasi A dan B. Variasi 50%, 35% dan 15 % untuk reaktor A dan 40%, 45% dan 15% untuk reaktor B. Variasi ini dipilih karena kandungan C organic dan N organic yang memenuhi standar meskipun kandungan K dan P belum Memenuhi. Komposisi optimum ini karena nilai kandungan C/N Rasio Akhir Memenuhi dari kriteria yang ditetapkan.
Pengolahan Limbah Rumah Pemotongan Hewan (Rph) Menjadi Pupuk Cair yang Diperkaya dengan Unsur Magnesium (Mg) yang Berasal dari Limbah Garam (Bittern) Image
Journal article

Pengolahan Limbah Rumah Pemotongan Hewan (Rph) Menjadi Pupuk Cair yang Diperkaya dengan Unsur Magnesium (Mg) yang Berasal dari Limbah Garam (Bittern)

Rumah Pemotongan Hewan Kota Semarang sebagai penyedia jasa pemotongan hewan berupa sapi dan babi, dari kegiatan ini menghasilkan produk samping berupa limbah. Salah satunya adalah limbah rumen. Sifat limbah rumen yang lebih mudah mengalami pembusukan apabila tidak di olah dengan tepat,sehingga dapat mencemari lingkungan. Limbah rumen ini sangat berpotensi dimanfaatkan kembali, karena selain berasal dari bahan organik, limbah ini mengandung mikroorganisme yang cukup tinggi.Oleh karena itu , limbah rumen ini dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk organik cair dengan teknik fementasi anaerob.Diketahui bahwa, pupuk yang mengandung magnesium yang tinggi yang beredar di pasaran biasanya berbentuk granul/ serbuk. Apabila tanaman mengalami kekurangan magnesium maka akan menyebabkan kuningnya daun dan menghambat proses fotosintesis yang terjadi di daun. Dalam penelitian ini, diharapkan dengan penambahan limbah garam dapat meningkatkan kandungan unsur hara makro CNPK dan Mg. Sehingga selain pupuk ini tidak mencemari lingkungan karena berasal dari bahan organik, tidak merusak struktur tanah,dan pupuk ini juga mudah dalam pengaplikasiannya karena berbentuk cair. Variasi rasio serat kasar dengan cairan rumen bertujuan untuk mengetahui kandungan paling optimum,antara lain: 100:0 ,75:25 , 50:50 , 25:75 , 0:100 (serat kasar:cairan rumen) .Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan limbah garam tidak mempengaruhi terhadap kandungan unsur hara C-Organik dan Nitrogen, sedangkan pada kandungan Phospor , Kalium, dan Magnesium memiliki pengaruh dari penambahan limbah garam. Kandungan unsur hara makro paling optimum yaitu C-Organik pada fermentor B1 sebesar 1,44%, Ntotal pada fermentor B2 sebesar0,73%, Phospor (P2O5) pada fermentor B3 sebesar 2,243%, Kalium pada fermentor B3 sebesar 13,05, dan Mg pada fermentor B3 sebesar 26,82%. Meskipun demikian, pupuk organik cair ini belum memenuhi persyaratan teknis Permentan No.70/Permentan/SR.140/10/2011 tentang pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah.
Suggested For You
Pengaruh Rasio Panjang Dan Jarak Antar Plate Settler Terhadap Efisiensi Penyisihan Total Suspended Solids (Tss) Pada Reaktor Sedimentasi Rectangular Image
Journal article

Pengaruh Rasio Panjang Dan Jarak Antar Plate Settler Terhadap Efisiensi Penyisihan Total Suspended Solids (Tss) Pada Reaktor Sedimentasi Rectangular

Air bersih menjadi salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan manusia. Sebagian besar sumber air baku berasal dari air permukaan yang mengandung material diskrit seperti kerikil, pasir, koloid, dan partikel – partikel tersuspensi (total suspended solid) yang menyebabkan kekeruhan pada badan air, sehingga dalam penurunan padatan tersuspensi diperlukan bak sedimentasi. Masalah yang sering ditimbulkan yaitu bak sedimentasi konvensional membutuhkan lahan yang luas, sedangkan lahan yang tersedia terbatas. Oleh karena itu perlu memodifikasi bak sedimentasi konvensional salah satu cara yaitu dengan menambahkan plate settler. Plate settler memiliki kriteria desain rasio panjang dan jarak antar plate settler. Namun belum diketahui rasio panjang dan jarak antar plate settler yang menghasilkan efisiensi penyisihan TSS optimal. Penelitian ini dilakukan menggunakan rangkaian reaktor yang terdiri dari reaktor koagulasi, reaktor flokulasi, dan reaktor sedimentasi sistem kontinyu dengan debit pengolahan 10 mL/detik. Variasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu panjang plate setter (lp) 10 cm ; 20 cm ; dan 30 cm dan jarak antar plate settler (dp) 1 cm ; 2 cm ; 3,25 cm ; 5,5 cm ; dan 7,25 cm. Kombinasi dari kedua variasi tersebut menghasilkan rasio panjang dan jarak antar plate settler atau rasio lp/dp 1,4 ; 1,8 ; 2,7 ; 2,8 ; 3,6 ; 4,1 ; 5 ; 5.3 ; 5,5 ; 8 ; 10 ; 15 ; 20 ; dan 30. Lokasi penelitian dan air baku yang digunakan yaitu air Waduk Pendidikan Diponegoro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio panjang dan jarak antar plate settler atau rasio lp/dp optimal adalah 15. Rasio lp/dp 15 merupakan hasil kombinasi dari panjang plate settler 30 cm dan jarak antar plate settler 2 cm. Panjang, jarak antar plate settler, dan rasio lp/dp tersebut mampu menghasilkan efisiensi penyisihan TSS sebesar 62% dan efisiensi penyisihan kekeruhan 34%, dengan biaya yaitu sebesar Rp 29.568,00.
Read more articles