Recently Published
Analysis on Readiness of YOGYAKARTA Forest Management Unit as Sub\u002Dnational Public Service Agencies Image
Journal article

Analysis on Readiness of YOGYAKARTA Forest Management Unit as Sub-national Public Service Agencies

Policy Synchronization In Mining Licenses In Forest Areas Image
Journal article

Policy Synchronization In Mining Licenses In Forest Areas

Analysis of Wild Honey Development Policy for Local People Livelihoods Improvement in the Sumbawa District Image
Journal article

Analysis of Wild Honey Development Policy for Local People Livelihoods Improvement in the Sumbawa District

Analysis on Readiness of YOGYAKARTA Forest Management Unit as Sub\u002Dnational Public Service Agencies Image
Analysis on Readiness of YOGYAKARTA Forest Management Unit as Sub\u002Dnational Public Service Agencies Image
Journal article

Analysis on Readiness of YOGYAKARTA Forest Management Unit as Sub-national Public Service Agencies

Policy Synchronization In Mining Licenses In Forest Areas Image
Policy Synchronization In Mining Licenses In Forest Areas Image
Journal article

Policy Synchronization In Mining Licenses In Forest Areas

Analysis of Wild Honey Development Policy for Local People Livelihoods Improvement in the Sumbawa District Image
Analysis of Wild Honey Development Policy for Local People Livelihoods Improvement in the Sumbawa District Image
Journal article

Analysis of Wild Honey Development Policy for Local People Livelihoods Improvement in the Sumbawa District

Most Viewed
Pembuatan Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu dengan Penambahan Tempurung Kelapa Image
Journal article

Pembuatan Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu dengan Penambahan Tempurung Kelapa

Limbah serbuk gergajian kayu mempunyai potensi yang cukup besar untuk terus dikembangkan sebagai bahan baku pembuatan briket arang. Guna lebih meningkatkan sifat fisis dan kimia briket arang serbuk gergajian kayu maka dilakukan penelitian dengan menambahkan arang tempurung kelapa sebagai bahan baku briket. Dalam percobaan ini arang tempurung kelapa yang ditambahkan sebesar 10%, 15% dan 20% dari berat briket. Pengarangan serbuk gergaji dan tempurung kelapa dilakukan secara terpisah dengan menggunakan kiln drum selama 5-7 jam dan selanjutnya dibuat briket sesuai dengan komposisi yang telah ditetapkan. Pada pembuatan briket digunakan perekat kanji sebanyak 2,5% yang dikempa dingin pada tekanan 3,125 ton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan briket dari 100% arang serbuk gergaji, temyata penambahan arang tempurung kelapa mampu meningkatkan kerapatan, kekuatan tekan dan nilai kalor.Secara keseluruhan nilai kerapatan briket arang berkisar antara 0,45-0,59 g/cm3, kekuatan tekan 4,67-6,72 kg/cm2, kadar air 3,51-4.75%, kadar zat menguap 22.18-25,77,. kadar abu 3,56-4.23%, kadar karbon terikat 70,28-73,82% dan nilai kalor berkisar antara 6.198,99-6.522,84 kal/g. Briket arang dengan komposisi 90% arang serbuk gergaji dan 10% arang tempurung kelapa memberikan hasil yang terbaik untuk kadar air (3,51%), kadar zat menguap (22,18%), kadar karbon terikat (73,82%) dan nilai kalor (6.522.84 kal/g).
Teknologi Pembuatan Biodisel Dari Minyak Biji Tanaman Jarak Pagar Image
Journal article

Teknologi Pembuatan Biodisel Dari Minyak Biji Tanaman Jarak Pagar

Jarak pagar (Jatropha curcas L.) adalah tanaman cepat tumbuh dan sangat toleran terhadap iklim tropis dan jenis tanah, sehingga sesuai untuk dikembangkan sebagai tanaman konservasi. Selain itu, minyak dari bijinya dapat digunakan sebagai bahan energi. Bahkan bagian lain dari tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan khusus.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan biodisel dari minyak biji jarak pagar. Biodisel adalah bahan bakar minyak (BBM) dari minyak nabati untuk otornotif (mobil) dan disel generator. Pembuatan biodisel dilakukan dengan proses 2 tahap, tahap pertama adalah proses esterifikasi yaitu untuk mengubah asam lemak bebas menjadi rnetil ester. Tahap kedua adalah proses transesterifikasi yaitu untuk mengubah trigliserida menjadi metil ester. Proses 2 tahap ini dapat menurunkan kadar asam lemak bebas dari minyak jarak pagar dengan proses esterifikasi yang mana asam lemak bebas tersebut dapat menghambat konversi trigliserida menjadi metil ester pada proses transesterifikasi. Proses esterifikasi menggunakan metanol sebanyak 20% (v/v) secara konstan untuk setiap perlakuan, sebagai katalis digunakan H,SO4 2%. Proses transesterifikasi menggunakan metanol dalam jumlah yang bervariasi yaitu : 10, 20, 30, 40, 50, 60% (v/v) dan katalis yang digunakan adalah KOH 0,3%. Kedua tahap reaksi tersebut dilakukan pada suhu 60C dan lama reaksi 90 menit. Sifat fisika kimia minyak jarak pagar yang diuji adalah bilangan asam, bilangan penyabunan, bilangan ester, kerapatan dan kekentalan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses 2 tahap yang dinamakan proses "estrans", dibandingkan dengan proses satu tahap, mampu mengkonversi trigliserida menjadi metil ester dalam jumlah yang lebih banyak. Hal tersebut ditunjukkan oleh rendahnya bilangan asam dan kekentalan, yaitu pada konsumsi metanol optimum sebesar 40% (v/v). Angka konsumsi metanol sebesar 40% (v/v) tergolong tinggi, oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut yang lebih fokus pada upaya untuk menurunkan konsumsi metanol pada pembuatan biodisel dengan menggunakan proses "estrans".
Suggested For You
Daya Tahan Enam Jenis Kayu Asal Papua Terhadap Jamur Perusak Image
Journal article

Daya Tahan Enam Jenis Kayu Asal Papua Terhadap Jamur Perusak

Enam jenis kayu yaitu kayu ketapang (Terminalia complanata K. Sch.), pala hutan (Gymnacranthera paniculata Warb.), bipa (Pterygota horsfieldii (R.Br.) Kosterm.), kelumpang (Sterculia shillinglawii), manggis (Pentaphalangium parviflorum) dan lancat (Mastixiodendron pachyclados Melch.), diuji ketahanannya terhadap delapan jenis jamur Perusak menggunakan metode Kolle-flask. Contoh uji setiap kayu, masing-masing diambil dari bagian tepi dan dalam dolok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa satu jenis kayu yang memiliki daya tahan tinggi terhadap jamur yaitu M. pachyclados, termasuk kelompok kayu-tahan (kelas II) dan P. horsfieldii termasuk kelompok kayu agak-tahan (kelas III), sedangkan empat jenis kayu lainnya termasuk kelompok kayu tidak-tahan (kelas IV). Rata-rata kehilangan berat kayu bagian dalam lebih rendah dibandingkan dengan kehilangan berat kayu bagian tepi dolok, namun keduanya termasuk kelompok kayu dengan daya tahan sama yaitu tidak-tahan (kelas IV). Daya tahan kayu terendah diketahui dari bagian gubal G. paniculata yang diumpankan kepada jamur Pycnoporus sanguineus, sedangkan daya tahan tertinggi terekam pada kayu gubal M. pachyclados yang dipaparkan pada jamur Tyromyces palustris. Kemampuan jamur dalam melapukkan kayu mulai dari tertinggi sampai terendah adalah P. sanguineus, Polyporus arcularius, Polyporus sp., T. palustris, Schizophyllum commune, Lentinus lepideus, Phlebia brevispora dan Chaetomium globosum.
Read more articles