Recently Published
Most Viewed
Demokrasi dalam Islam Pandangan Al\u002DMaududi Image
Journal article

Demokrasi dalam Islam Pandangan Al-Maududi

Abu al-A'la al-Maududi merupakan salah satu pemikir muslim dari kawasan anak benua, India dan Pakistan. Sebagai anak yang lahir dan dibesarkan dari keluarga terpelajar, Al-Maududi sejak kecil dididik dengan pendidikan agama disamping pendidikan umum, termasuk bahasa Arab dan Urdu. Karir Al-Maududi dimulai dari jurnalistik dan mencapai puncaknya sebagai pemimpin editor dua surat kabar kenamaan, yaitu Muslim dan al-Jami'ati ‘Ulama-i. Hind. Empat tahun kemudian ia menjadi pemimpin majalah Turjuman Al-Qur'an, yang berorientasikan kebangkitan al-Islam. Selain itu, Al-Maududi muda ini tertarik pula dengan persoalan politik. Ini dapat dimaklumi karena situasi dan suhu politik yang terjadi di negerinya, mau atau tidak mau, dan langsung atau tidak langsung, mempengaruhi dan mancuri perhatiannya. Berkat perkenalannya dengan Muhammad Ali, Muhammad Iqbal, dan aktivis lainnya, semakin mematangkan pembentukkan kedewasaan berfikir dan ketajaman analisisnya dalam soal politik. Oleh karena itu, dari tangannya lahir pemikiran politik Islam. Bagi al-Maududi, negara Islam adalah sesuatu yang mutlak diperlukan. Ajaran Islam yang serba mencakup itu tak dapat dipraktekkan tanpa negara Islam. Alasannya, negara memiliki otoritas dan kekuasaan politik yang diperlukan untuk merealisasikan ajaran agama. Niat mencari kekuasaan dalam rangka menegakkan agama Allah adalah amal saleh dan jangan dicampur adukkan dengan ambisi kekuasaan. Konsekuensi logis dari teori politik Islam tersebut. Al-Maududi mengajukan rumusan baru mengenai arti demokrasi yang dipersepsi oleh Barat selama ini. Bagi dia tidak seorangpun yang dapat mengklaim, memiliki kedaulatan. Pemilik kedaulatan yang sebenarnya adalah Allah dan selain Dia adalah hamba-Nya. Atas dasar itu, dia mengajukan istilah “theodemokrasi”, yaitu suatu pemerintahan demokrasi yang berdasarkan Ketuhanan, karena dalam pemerintahan ini, rakyat diberi kedaulatan terbatas di bawah wewenang Allah.
Hubungan Timbal Balik antara Manusia dan Alam Image
Journal article

Hubungan Timbal Balik antara Manusia dan Alam

Hubungan timbal Balik manusia dengan alam sangat ditentukan oleh kemampuan manusia dan alam sesuai karakternya masing-masing. Keduanya memerlukan hubungan timbal Balik secara berkelanjutan. Melalui pengelolaan lingkungan hidup secara bijaksana selain dapat menyelamatkan dan melestarikan lingkungan hidup, juga dapat menjamin kebutuhan dan kemakmuran umat manusia itu sendiri. Oleh karenanya. disadari atau tidak, keseimbangan dalam lingkungan kehidupan manusia dan lingkungan alam dapat terganggu karena ulah manusia itu sendiri.Melalui al-Qur'an, ajaran Islam, dan pengetahuan lingkungan hidup dapat dipupuk hubungan timbal Balik (komunikasi) agar manusia dapat saling mengerti, baik bagi dirinya maupun terhadap alam sekitar sesuai dengan amanah sang pencipta, dimana tanda-tanda kebesaran dan kekuasaannya dapat dilihat dari keserasian dan keseimbangan yang luar biasa dalam pelaksanaan sunatullah atau hukum-hukum alam.
Suggested For You
Rekonstruksi dan Revitalisasi Pendidikan Indonesia Guna Meningkatkan Kualitas Bangsa Image
Journal article

Rekonstruksi dan Revitalisasi Pendidikan Indonesia Guna Meningkatkan Kualitas Bangsa

Terdapat banyak keluhan dan masalah berkaitan dengan rendahnya pendidikan bangsa Indonesia, baik keluhan mengenai rendahnya mutu sumber daya manusia, buruknya sistem pendidikan serta mahalnya biaya pendidikan. Sementara di sisi lain terdapat bukti bahwa sesungguhnya siswa-siswi Indonesia memiliki potensi yang dapat dibanggakan dengan berhasil menang di berbagai olimpiade dan kompetisi dalam bidang ilmu pengetahuan baik tingkat nasional maupun Internasional. Guna mengupayakan peningkatan kualitas bangsa, maka perlu dilakukan rekonstruksi dan revitalisasi pendidikan. Rekonstruksi perlu dilakukan karena adanya beberapa masalah yang memang harus ditata ulang dan dilakukan Perubahan secara mendasar. Sedangkan revitalisasi pendidikan harus dilakukan guna memaksimalkan potensi yang selama ini sesungguhnya telah dimiliki oleh bangsa Indonesia.Masalah-masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia antara lain bersumber dari budaya pendidikan kolonialisme (intelektualisme dan verbalistik) yang feodal dan birokratik, sehingga peserta didik tidak memiliki kesempatan untuk menyampaikan gagasan-gagasannya dan adanya kecenderungan untuk mendewakan ijazah formal. Selain itu, sistem pendidikan sentralistik yang selama ini dijalankan menghambat kreativitas guru untuk melakukan inovasi dan mencari metode baru dalam sistem pengajarannya. Paradigma pendidikan nasional yang memandang lebih kepada siswa yang mampu dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengabaikan kemampuan siswa dalam bidang ilmu sosial, juga menjadi salah satu faktor yang menghambat peningkatan kualitas bangsa. Selain itu, tampaknya pemerintah cenderung lebih mengutamakan pemanfaatan kualitas sumber daya alam dan mengabaikan pentingnya sumber daya manusia sebagai tenaga ahli untuk mengelola sumber daya alam tersebut. Rendahnya kualitas guru juga menjadi keluhan yang sering dimunculkan, karena guru adalah tokoh sentral pendidikan formal. Di samping itu, biaya pendidikan yang tinggi menjadikan pendidikan sebagai suatu hal yang eksklusif dan elit. Rekonstruksi pendidikan harus dilakukan guna mengubah sentralisasi pendidikan dan mengubah paradigma pendidikan nasional. Berbagai upaya dapat dilakukan dengan mengacu pada teori multiple intelligence dari Howard Gardner dan mempertimbangkan pentingnya pendidikan melalui pembiasaan, pembelajaran, dan peneladanan. Rekonstruksi dana pendidikan juga perlu dilakukan dengan mencari alternatif lain pendanaan pendidikan, tidak hanya mengharapkan dana dari pemerintah. Revitalisasi pendidikan dilakukan dengan mengoptimalkan fasilitas pendidikan yang telah dimiliki oleh sekolah dan berupaya menjalin kerjasama dengan pihak luar agar fasilitas dapat selalu diperbaharui dan aktual.
Read more articles