Recently Published
Most Viewed
Perspektif Dan Peran Sosiologi Ekonomi Dalam Pembangunan Ekonomi Masyarakat Image
Journal article

Perspektif Dan Peran Sosiologi Ekonomi Dalam Pembangunan Ekonomi Masyarakat

Sosiologi Ekonomi merupakan perspektif sosiologis yang menjelaskan fenomena ekonomi, terutama terkait dengan aspek produksi, distribusi, pertukaran, konsumsi barang, jasa, dan sumber daya, yang bermuara pada bagaimana masyarakat mencapai kesejahteraan. Sosiologi Ekonomi menunjukkan perkembangan yang eksplosif sejalan dengan berbagai permasalah sosial ekonomi masyarakat, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang yang sedang berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui berbagai kebijakan pembangunan. Perkembangan studi Sosiologi Ekonomi tidak terlepas dari pengaruh pemikiran tokoh sosiologi klasik dan aliran pemikiran baru dalam sosiologi ekonomi sejak dekade 1980-an. Hasil kajian eksploratif yang pada tulisan ini melalui penelusuran atas perkembangan studi Sosiologi Ekonomi di Indonesia, menunjukkan bahwa sebagian besar studi diarahkan kepada bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan dan mencapai kemakmuran atau kesejahteraan yang erat kaitannya dengan masalah kemiskinan. Saat ini studi Sosiologi Ekonomi lebih marak menganalisis tentang kapital sosial, serta masalah struktur, kelembagaan dan sistem ekonomi nasional dikaitkan dengan kesejahteraan masyarakat. Sistem ekonomi nasional yang dimaksud adalah yang sejalan amanat konsititusi kita. Pada sisi lain, dampak pembangunan nasional terutama sejak masa orde baru juga banyak diteliti mengingat kebijakan pembangunan dinilai belum mampu menciptakan kesejahteraan masyarakat, bahkan terkesan belum berhasil menciptakan inklusifitas dalam pembangunan nasional, berlandaskan pembangunan model negara kesejahteraan (MNK) dengan indikator utama berupa “pemerataan” pembangunan
ASEAN Free Trade Area (AFTA), Otonomi Daerah Dan Daya Saing Perdagangan Komoditas Pertanian Indonesia Image
Journal article

ASEAN Free Trade Area (AFTA), Otonomi Daerah Dan Daya Saing Perdagangan Komoditas Pertanian Indonesia

Asean Free Trade Area (AFTA) merupakan bentuk kerjasama perdagangan di wilayah negara-negara ASEAN yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan volume perdagangan di antara negara anggota melalui penurunan tarif beberapa komoditas tertentu, termasuk di dalamnya beberapa komoditas pertanian, dengan tarif mendekati 0-5 persen. Dalam kesepakatan, AFTA mulai efektif pada tahun 2008 namun dalam perkembangannya di percepat menjadi tahun 2003. Bagi Indonesia, kerjasama AFTA merupakan peluang yang cukup terbuka bagi kegiatan ekspor komoditas pertanian yang selama ini dihasilkan dan sekaligus menjadi tantangan untuk menghasilkan komoditas yang kompetitif di pasar regional AFTA. Upaya ke arah itu, nampaknya masih memerlukan perhatian serta kebijakan yang lebih serius dari pemerintah maupun para pelaku agribisnis, mengingat beberapa komoditas pertanian Indonesia saat ini mampu di masa yang akan datang masih akan selalu dihadapkan pada persoalan-persoalan dalam peningkatan produksi yang berkualitas, permodalan, kebijakan harga dan nilai tukar serta persaingan pasar di samping iklim politis yang tidak kondusif bagi sektor pertanuian. Diharapkan dengan diberlakukannya otonomi daerah perhatian pada sektor agribisnis dapat menjadi salah satu dorongan bagi peningkatan kualitas produk pertanian sehingga lebih kompetitif di pasar lokal, regional maupun pasar global, dan sekaligus memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional maupun peningkatan pendapatan petani dan pembangunan daerah
Kelembagaan Agribisnis pada Desa Berbasis Komoditas Perkebunan Image
Book chapter

Kelembagaan Agribisnis pada Desa Berbasis Komoditas Perkebunan

Faktor\u002DFaktor Dominan Dalam Pembentukan Lembaga Sosial Image
Journal article

Faktor-Faktor Dominan Dalam Pembentukan Lembaga Sosial

Kelembagaan Agribisnis pada Desa Berbasis Komoditas Perkebunan Image
Kelembagaan Agribisnis pada Desa Berbasis Komoditas Perkebunan Image
Book chapter

Kelembagaan Agribisnis pada Desa Berbasis Komoditas Perkebunan

Faktor\u002DFaktor Dominan Dalam Pembentukan Lembaga Sosial Image
Faktor\u002DFaktor Dominan Dalam Pembentukan Lembaga Sosial Image
Journal article

Faktor-Faktor Dominan Dalam Pembentukan Lembaga Sosial

Irigasi Kecil: Kinerja, Masalah, dan Solusinya Image
Irigasi Kecil: Kinerja, Masalah, dan Solusinya Image
Journal article

Irigasi Kecil: Kinerja, Masalah, dan Solusinya

Kebijakan Swasembada Pangan Berkelanjutan: Komponen Strategis dalam Perspektif Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Image
Kebijakan Swasembada Pangan Berkelanjutan: Komponen Strategis dalam Perspektif Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Image
Book

Kebijakan Swasembada Pangan Berkelanjutan: Komponen Strategis dalam Perspektif Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

Suggested For You
Kebijakan Produksi Dan Peredaran Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetika (PRG) Di Indonesia Image
Journal article

Kebijakan Produksi Dan Peredaran Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetika (PRG) Di Indonesia

Penyediaan pangan dalam jumlah yang cukup, pada waktu yang tepat dan terjangkau masih merupakan masalah sebagian besar negara berkembang, termasukIndonesia. Kekurangan pangan bisa berakibat goyahnya stabilitas sosial, ekonomi, dan politik, yang berujung pada jatuhnya rezim pemerintahan. Oleh karena itu, upaya peningkatan produksi pangan terus dilakukan. Di Indonesia, produksi pangan selalu di bawah kebutuhan, sehingga masih tergantung pada impor, terutama beras, jagung, dan kedelai. Masalahnya ialah bahwa selain keterbatasan devisa dan makin tipisnya pasokan dunia, juga ada masalah lain bahwa jagung dan kedelai impor berasal dari negara yang sangat intensif menerapkan teknologi rekayasa genetik. Oleh karena itu, hampir dapat dipastikan bahwa jagung dan kedelai impor adalah produk hasil rekayasa genetik (PRG). Impor, produksi dan peredaran PRG memerlukan kebijakan pengawasan, karena dikhawatirkan mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan manusia. PemerintahIndonesiatelah menunjukkan perhatian yang besar terhadap peredaran PRG di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh berbagai kebijakan yang tertuang dalam berbagai Undang-Undang, SK Bersama Lintas Departemen, dan Peraturan Pemerintah. Namun demikian, kinerja implementasi dari Undang-Undang, SKB, dan Peraturan Pemerintah tersebut di lapangan sangat buruk. Lemahnya pengawasan dan penegakan hukum yang tercermin dari tidak adanya sanksi yang tegas bagi pelaku bisnis dan pemangku kebijakan menyebabkan lemahnya implementasi Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah. Untuk mengantisipasi dampak buruk dari PRG dalam jangka panjang, maka uji keamanan PRG sudah saatnya dilakukan secara konsekuen, baik untuk pangan maupun untuk pakan, disertai dengan sanksi hukum yang jelas dan tegas.
Read more articles